Konten-konten semacam ini dapat memberikan contoh perilaku agresif kepada anak-anak, dan mereka mungkin mencoba menirunya dalam kehidupan nyata. Sayangnya, aturan yang ada belum mampu mengatasi pengaruh negatif media ini.
BACA JUGA:7 Drama Korea Bullying, Weightlifting Fairy Kim Bok Joo Dari Benci Hingga Menemukan Cinta Sejati
Sekularisme dan Liberalisme: Faktor-Faktor Maraknya Perundungan
Selain faktor-faktor yang sudah disebutkan, ada dua faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam meningkatnya kasus perundungan, yaitu sekularisme dan liberalisme.
Kedua konsep ini, meskipun berbeda, memiliki dampak serius pada pandangan hidup anak-anak.
Sekularisme adalah paham yang memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari. Ini berarti nilai-nilai agama tidak lagi menjadi pedoman utama dalam tindakan dan perilaku sehari-hari.
Anak-anak yang tumbuh dalam budaya sekularisme cenderung kehilangan pegangan moral yang kuat, dan ini dapat membuat mereka lebih rentan terlibat dalam perilaku perundungan.
Liberalisme, di sisi lain, adalah paham kebebasan yang seringkali diartikan sebagai kebebasan untuk melakukan apa pun tanpa batasan moral atau etika.
BACA JUGA:Cantiknya Pegolf Ini, Selebgram Yang Kampanyekan Anti Bullying
Anak-anak yang diperkenalkan dengan pandangan hidup liberal cenderung lebih fokus pada nafsu dan ego mereka sendiri daripada pada nilai-nilai moral dan aturan agama.
Mereka mungkin lebih mementingkan diri sendiri daripada menghormati dan memahami perasaan orang lain.
Hasilnya, anak-anak yang terpapar sekularisme dan liberalisme cenderung lebih sulit untuk memahami tujuan hidup mereka dan kurang mungkin menjadikan agama sebagai pedoman utama dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Pentingnya Pendidikan Berbasis Aqidah Islam dalam Mencegah Perundungan
Pendidikan adalah kunci untuk mengatasi masalah perundungan ini. Namun, pendidikan itu sendiri haruslah berlandaskan aqidah Islam yang kuat.
Aqidah Islam adalah landasan moral yang kuat bagi individu Muslim, dan ini harus menjadi fokus utama dalam pendidikan anak-anak.
Salah satu pendekatan pencegahan yang efektif adalah dengan memulai dari akar permasalahan, yaitu pola berpikir anak-anak.